SIKAP DAN PANDANGAN FPR MENYAMBUT KEDATANGAN BARACK OBAMA DI INDONESIA, 9-10 NOVEMBER 2010.

FRONT PERJUANGAN RAKYAT (FPR)
Sekertariat: Jl. Mampang XIII No.03 RT 03/RW03 Mampang Prapatan Jakarta Selatan
Email: fpr1mei@gmail.com  Kontak Person : Rudi 0818-08974078, Sandy 0819-99431816
——————————————————-

 

SIKAP DAN PANDANGAN FRONT PERJUANGAN RAKYAT (FPR) MENYAMBUT KEDATANGAN BARACK OBAMA DI INDONESIA, 9-10 NOVEMBER 2010.
KERJASAMA KOMPREHENSIF INDONESIA-AS ADALAH SKEMA IMPERIALISME AS UNTUK MENJAJAH RAKYAT INDONESIA!! TOLAK KEDATANGAN OBAMA DI INDONESIA!!
Hentikan Perampasan Upah, Tanah dan Kerja!!

 

SALAM DEMOKRASI
Setelah tertunda beberapa kali, gedung putih kembali mengumumkan agenda kedatangan presiden Barack Obama ke Indonesia. Berita yang sama juga dilansir oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa terkait persiapan dalam menyambut sang Tuan. Kedatangan Obama  bukanlah kunjungan pertama presiden Amerika ke Indonesia. Sebelumnya, George Walker Bush telah disambut SBY dengan jamuan super mewah yang begitu menyakiti perasaan rakyat.  Tidak hanya uang rakyat yang dihamburkan untuk menjilat majikanya, lebih dari itu berbagai kesepakatan yang dibuat telah mempersilahkan Amerika Serikat untuk menjarah berbagai kekayaan negeri ini.

Perjalanan kerjasama Amerika Serikat dan Indonesia berlangsung sejak lama, bahkan saat negeri ini berada di bawah koloni Belanda. Agen-agen dagang Amerika telah beroperasi di pusat-pusat perkebunan di Jawa dan Sumatera. Saat semangat pembebasan negeri dari kaum kolonial berkobar, AS ikut andil besar menjadi sponsor berlabuhnya kembali sistem kolonialisme. Berbagai perjanjian dipromosikan agar kolonial tetap eksis di negeri ini. Perjuangan rakyat yang patriotik diselesaikan paksa di atas meja perundingan damai. Etape perjanjian kemudian berpuncak pada Konferensi Meja Budar (KMB) tahun 1949, perjanjian yang telah membawa Indonesia kembali pada kubangan penjajahan. Secara diam-diam Amerika Serikat mengakui kemerdekaan Indonesia setelah perjanjian tersebut, AS dan sekutu merendahkan perjuangan rakyat dan arti penting proklamasi kemerdekaan untuk mengukuhkan dominasi di negeri ini dengan melahirkan pemerintahan boneka.
Dominasi AS semakin menguat, setelah naiknya Suharto di tampuk kekuasaan. Presiden yang dilantik dengan tangan yang bersimbah darah jutaan rakyat, telah memenangkan misi di bawah skema AS. Dalam waktu cepat gerbang investasi di buka lebar melalui berbagai kebijakan yang dikeluarkan, perusaahan besar AS secara mulus berbondong-bondong menjalankan operasi penjarahan berbagi sumber alam dan keringat rakyat indonesia.  Rezim satu berganti rejim lainnya, tapi dominasi AS bukan malah menurun, namun sebaliknya meja kesepakatan terus di buat agar kehendak AS  makin paripurna.

Sebagai pimpinan kapitalis monopoli, AS telah membangun mesin raksasa pemusat dan penumpuk hasil jarahan di negeri-negeri yang di bawah dominasinya. Penguasaan ekonomi, politik, militer dan kebudayaan terus dipoles dengan kedok “juru selamat dunia” untuk menutupi wajah keserakahan dalam merampok rakyat dunia dan telah menyebabkan krisis yang semakin kronis dalam skala dunia.

AMERIKA, RAJA YANG SEKARAT
Saat ini Amerika telah berada dalam derajat krisis yang terburuk, Bahkan sejak Depresi Ekonomi Besar pada medio 1930-an. Sistem ekonomi yang melaju dengan motif kerakusan, telah membawa keruwetan yang tak mungkin lagi terurai dengan sistem yang sama. Produksi yang berlebih tanpa dasar kebutuhan mengakibatkan pasar terseok-seok menerima limpahan barang, disisi lain persaingan bahkan perembutan pasar sudah tidak terhindarkan lagi. Saking hebatnya kerusakan ekonomi yang dialami, Amerika mengambil jalan pintas dengan menjalankan perang agresi sebagai jawaban atas tersumbatnya berbagai solusi.

Kemampuan  imperialis AS dalam memproduksi semurah apapun dan dengan kemampuan membuka pasar seluas apapun, tidak menjamin krisis ini akan terpecahkan karena kapital terus memusat dan menciut pemiliknya. Sementara itu, daya beli rakyat semakin menurun, berbading terbalik dengan jumlah produksi massal yang tidak bisa lagi dikurangi. Rakyat dipaksa membeli dengan berbagai jenis iklan tipu daya, padahal pengguran massal dan kemiskinan massal meningkat pesat.
Saat ini rakyat mengahadapi masadepan suram akibat dari kebobrokan sistem imperialisme. Setelah bos besar imperialis AS mengalami defisif, Satu per satu negeri di Eropa juga mengalami hal serupa. Prancis dan Jerman telah mendahului, fakta terbaru terjadi defisit anggaran di Yunani lebih dari 12%, telah menyebabkan pemogokan umum rakyat, sementara di Inggris mengalami kekosongan kas negara, demikian juga jepang yang mengalami stagflasi. Lonceng Keruntuhan sistim busuk imperialis semakin tak terelakkan karena overproduksi barang dagangan tehnologi tinggi dan persenjataan, ditambah dengan kapital yang terancam membusuk karena tak membiak. Skenario kuno tetap dipertahankan melalui kebijakan barbar untuk menekan biaya produksi, dipaketkan dengan mempertinggi intensitas perampokan bahan mentah dan energi di negeri setengah jajahan dan setengah feodal.

Melalui politik dominasinya, AS masuk dan mengintervensi pertemuan G20 (forum ekonomi dunia yang terdiri pimpinan 20 negara). Memaksakan sebuah garis kebijakan agar seluruh hambatan dalam investasi dan perdagangan secepatnya dihilangkan, termasuk melakukan inisiasi lahirnya kawasan-kawasan perdagangan bebas (free trade area), sebagai pasar bagi hasil produksi mereka dalam skala regional. Dengan liciknya Amerika telah menyeret China, Indonesia, India dan Brazil dalam meja perjanjian yang berbunyi perampasan bahan mentah, pasar barang komoditas dan tenaga kerja murah. Berbagai jalan yang dilakukan imperialis untuk menyelesaikan krisis tetap saja menginjak hak hidup rakyat di dunia, rakyat dipaksa menganggur, PHK, petani tak bertanah, tak punya daya beli dan hak publik tanpa Subsidi dari negara.

Krisis Imperialisme telah mengakibatkan penghancuran tenaga produktif kaum buruh karena PHK massal, sehingga memicu angka pengangguran semakin meningkat dan menurunkan daya beli rakyat. Krisis imperialism juga telah membawa jutaan kaum buruh dan rakyat di seluruh dunia hidupnya semakin miskin dan sengsara, kelaparan pun semakin merebak di penjuru dunia. Sejak Desember 2007 hingga September 2009 saja, jumlah pengangguran di negeri Imperialisme AS meledak dari 7,6 juta orang menjadi 15,1 juta orang (Bureau of Labor Statistics U.S. Department of Labor, News Release: The Employment Situation–September 2009). Di sisi lain, biaya krisis yang sudah dikeluarkan AS menyebabkan defisit terburuk sejak 1945. Sejak pemerintahan Obama dimulai, AS mengalami defisit APBN hingga US$ 1,4 triliun. Jumlah hutang pemerintah AS pun bertambah US$ 2,75 triliun sejak Desember 2007. Di Bulan Desember 2007 hutang AS mencapai US$ 9,15 triliun dan kini sudah menyentuh US$ 11,90 triliun (treasurydirect.gov). Akibatnya, beban pembayaran bunga juga bertambah besar tiga kali lebih banyak dari anggaran pendidikan AS.

OBAMA TAK BEDA DENGAN PRESIDEN SEBELUMNYA
Terpilihnya Barack obama terpilih menjadi presiden seolah menjadi harapan bagi dunia dan rakyat di dalam negerinya. Antusiasme rakyat Amerika tampak ketika peristiwa pelantikannya, lautan manusia merayap di White House. Namun apakah harapan itu bisa dipenuhi Obama? Kalau ditelusuri lebih mendalam sejak kampanye obama mendapat sokongan dana kampanye dari perusahaan-perusahaan besar yang berpusat di Wall Street, perusahaan-perusahaan raksasa yang hidup dari perampokan bahan mentah dan tenaga rakyat di seluruh dunia.

Tak lama menjabat, Obama membuat keputusan yang mengejutkan dengan mengeluarkan kebijakan bailout sebesar U$D 700 triliun, sebuah kebijakan yang tentu saja melidungi para punggawa perusahaan besar imperialis. Obama juga setahap demi setahap menurunkan anggaran subsidi publik, sebagai ongkos untuk memulihkan  defisit anggaran. Keputusan Obama tersebut tak berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya, kibijakan yang lebih menyelamatkan segelintir korporasi besar daripada kesalamatan rakyat.

Berbagai cara yang ditetapkan Obama dalam meredam kejolak ekonomi, telah terbukti tidak sanggup menyelesaikan masalah pengangguran dan daya beli warga Amerika. Di saat rakyatnya berjibaku dengan semakin merosotnya penghidupan, sang Presiden terus melanjutkan program presiden Bush dengan terus melancarkan perang. Sikap awal obama dalam mendiamkan pembantaian rakyat Gaza Palestina lambat laun mulai tersibak watak aslinya, Sikap Barack dalam medukung keputusan Israel terhadap penyerangan Misi Fredoom Flotila, armada mavi marmara yang membawa bantuan kemanusiaan di jalur Gaza adalalah bukti yang tidak bisa dibantah lagi. Politik penjajahan Amerika berkedok perang melawan teror juga terus berlanjut di Iraq, Obama tetap mempertahankan pasukannya di negeri yang kaya minyak tersebut. Hal yang sama juga terjadi di Afganistan, bukan penarikan pasukan yang di lakukan, malah sebaliknya ribuan tentara reguler dikirim sebagai tambahan.

KEMITRAAN MENYELURUH (COMPREHENSIVE PARTNERSHIP) ADALAH SKEMA PENJAJAHAN IMPERIALIS AS ATAS RAKYAT INDONESIA
Indonesia adalah aset penting Amerika sebagai salah satu penyangga utama penyelesaian krisis imperialis, kekayaan alam yang melimpah, tenaga kerja yang murah dan pasar yang luas adalah barang dagangan yang mustahil untuk dilepaskan. Pemerintahan Indonesia di bawah SBY telah memberi komitmen yang tak terbatas dan tak bersyarat. Cetak biru dan regulasi terus diperbarui agar kerjasama terus berjalan secara simultan. Kedua pemerintahan talah bersepakat untuk memperkuat, memperdalam dan memperluas perjanjian pada seluruh sektor.

Kehadiran Barack Husein Obama di Indonesia mengagendakan penyempurnaan hasil kesepakatan sebelumnya, baik pertemuan bilateral sebelumnya maupun di sela-sela pertemuan multilateral, demikian juga beberapa putaran pertemuan tingkat tinggi dan yang terakhir pertemuan kedua menteri luar negeri antara Hillary Rodman Clinton  dan Marty Natalegawa pada bulan september 2010. Kedua menteri sepakat untuk melakukan rencana aksi kemitraan komprehensif meliputi kerjasama bidang politik dan keamanan, ekonomi, pembangunan, sosial budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Komisi ini  dibagi menjadi beberapa kelompok kerja yakni kelompok kerja bidang pendidikan, demokrasi, iklim dan lingkungan, perdagangan dan investasi, keamanan, dan energi. Kedua menteri juga tengah menjajaki kelompok kerja tambahan. Poin-poin tersebut yang akan menjadi dasar pertemuan.

Selain di sektor ekonomi, investasi terbesar AS di Indonesia adalah dalam lapangan politik. AS menggelontorkan uang dalam jumlah besar untuk mendukung perubahan kebijakan dan peraturan di lapangan ekonomi, politik, kebudayaan dan militer. Tidak mengherankan pada periode pertama sistem pemerintahan SBY ditandai oleh pembaruan simultan seluruh cetak biru dan regulasi ekonomi, politik, militer dan kebudayaan sesuai dengan agenda imperialis AS. Sistem ekonomi dirombak agar memperlancar barang, modal, investasi, keuntungan dan transfer pricing milik imperialis tanpa ancaman nasionalisasi. Sistem politik diciptakan sedemikian rupa untuk memperkuat kedudukan pemerintah boneka dan mempermudah imperialis melakukan intervensi politik terhadap badan-badan negara dan pemerintahan. Juga sistem politik demokrasi palsu ini harus dapat menyalurkan dan meredam kemarahan rakyat serta mencegah pertententangan dan segala bentuk radikalisme. Sistem keamanan di perbaharui agar tentara dan kepolisian RI memiliki kemampuan mengamankan seluruh kepentingan dan milik imperialis di Indonesia dan bekerja secara efektif untuk menindas kekuatan rakyat. Pembaruan sistem kebudayaan dilakukan dengan sistematis terutama merombak institusi pendidikan agar dapat mengabdi pada kepentingan imperialis AS dan klas yang berkuasa. Demikian pula dengan penguasaan teknologi dan aneka ragam kesenian massal.

KERJASAMA PENDIDIKAN
Dalam kerjasama pendidikan Amerika Serikat akan menginvestasikan U$D 165 juta selama lima tahun, program tersebut meliputi pertukaran penting dalam pengalaman kepemimpinan dan manajemen, keahlian ilmiah dan teknis, serta pemahaman budaya. Secara terperinci kerjasama tersebut berisi program Pengembangan program Fulbright, Community College Initiative, layanan konsultasi mahasiswa dan pertukaran lainnya yang disponsori oleh Departemen Luar Negeri AS. memperbaiki mutu pendidikan tinggi di Indonesia melalui program Kemitraan Perguruan Tinggi yang akan mendukung kerjasama lembaga-lembaga pendidikan tinggi Indonesia dan Amerika Serikat. Pemerintah AS juga akan mengundang Menteri Pendidikan Nasional ke AS pada musim panas mendatang untuk menghadiri KTT Pendidikan Tinggi AS-Indonesia untuk memajukan kerjasama.
Dari bentuk-bentuk kerjasama yang akan di tandatangani, amerika begitu ngebet untuk memastikan agar haluan sistem pendidikan Indonesia berada dalam garis yang diinginkan. Setelah AS melalui lembaga yang multilateral yang di pimpinnya seperti WTO dan World bank yang telah berhasil memaksa seluruh anggotanya untuk menjalankan program privatisasi pendidikan, kerjasama bilateral kali digunakan untuk mempercepat serta memastikan seluruh skema sector ini agar relevan dengan kepentingan imperialis di bawah dominasi Amerika.

Setahun paska Konferensi Meja Bundar Program Fulbright sudah mulai memberi bantuan untuk pendidikan Indonesia, program tersebut sebagai inisiatif setahap-demi setahap merubah sistim pendidikan Indonesia. sementara program pertukaran pelajar secara terus menerus berusaha ditingkatkan yang pada puncaknya tahun 1997 sebesar 13,000 mahasiswa Indonesia belajar di negeri paman sam. Kepentingan AS terhadap pertukaran pelajar cukup jelas, karena AS ingin menciptakan tentara-tentara intelektual yang akan melegitimasi seluruh kebijakannya di negeri ini. Selanjutnya AS sangat berkepentingan agar kurikulum pendidikan Indonesia berada di bawah kebudayaan imperialis, jauh dari realitas penghidupan rakyat dan mengubah aspirasi sejati rakyat dengan teori usang yang dimilikinya.

Investasi besar yang dikeluarkan AS melalui berbagai program, bukan saja membangun institusi pendidikan sebagai corong atas kepentingannya. Di samping itu bantuan U$D 165 juta adalah kredit bagi program Komersialisasi dan Privatisasi pendidikan, mengubah kampus dan sekolah-sekolah sebagai mesin dagang yang akan memberikan keuntungan berlipat. Saat ini AS adalah salah satu dari  Negara pengeksport pendidikan selain inggris dan Australia, jadi salah satu misi penting kerjasama sector ini adalah mendulang untung bisnis pendidikan.

KERJASAMA LINGKUNGAN HIDUP DAN PERUBAHAN IKLIM
Presiden Obama berkomitmen untuk mengucurkan bantuan senilai 136 juta dollar AS untuk tiga tahun dalam bentuk program-program yang mendukung kerjasama Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim, seperti: Kemitraan SOLUSI senilai U$D 119 juta yang mencakup bidang kerjasama lingkungan hidup dan perubahan iklim seperti Ilmu Pengetahuan, Kelautan,  Penggunaan Lahan dan Inovasi. Program-program yang termaktub dalam SOLUSI adalah perjanjian Tropical Forest Conservation Act ke-dua, Forestry and Climate Support Project (IFACS), Marine and Climate Support Program (IMACS), Clean Energy Development (ICED), dan lain-lain.

Selain itu memberikan dukungan Indonesia dalam mendirikan Pusat Perubahan Iklim di tingkat nasional, regional, dengan kebijakan prioritas strategis tahap awal pada emisi lahan gambut. AS mengumumkan bantuan senilai U$D 7 juta untuk lembaga ini dan 10 juta dollar AS untuk proyek-proyek maupun kemitraan-kemitraan yang berkaitan termasuk kemitraan publik-swasta yang fokus berhubungan dengan perubahan iklim.

Kepentingan besar AS dalam program ini adalah menyuap Negara-negara dibawah dominasinya seperti Indonesia agar AS bebas dari kesepakatan internasional pengurangan karbon di negerinya yang jauh diambang batas. Selain itu yang lebih penting dari salah satu poin dari kesepakatan tersebut adalah penggunaan lahan, program tersebut adalah bagian dari usaha untuk mensterialkan wilayah-wilayah hutan dari rakyat yang mengantungkan hidupnya dari bertani. Program tersebut setali dengan kebijakan SBY yang mengunakan topeng reboisasi dan berbagai program lingungan lainnya untuk mengusir kaum tani dari tanahnya. Selanjutnya area-area tersebut yang akan menjadi program investasi jangka panjang untuk meningkatkan pengerukan bahan mentah yang membutuhkan lahan seluas-luasnya.

KERJASAMA PERTANIAN (KETAHANAN PANGAN)
Direktur Perencanaan Agribisnis dan Sumber Daya Alam Badan Koordinasi dan Penanaman Modal Indra Darmawan menuturkan investasi AS selama 2000-2009 senilai US$ 10,96 juta. Investasi ini dilakukan pada tanaman pangan dan perkebunan. Nilai tersebut merupakan bagian dari total investasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat di Indonesia sebesar US$2,61 miliar, untuk 302 proyek. Komoditas yang dikerjasamakan antara lain kakao, kopi, minyak kelapa sawit (CPO) dan produk turunannya.  pada bidang investasi, Pemerintah Indonesia mengundang investor AS untuk meningkatkan investasi di sektor pertanian. Investor AS tersebut akan didorong untuk berinvestasi pada lahan tanaman pangan seperti di food estate Merauke, Papua.

Kebijakan SBY dalam melayani sang tuan amerika selalu mengorbankan rakyat, berbagai sumber bahan mentah akan diserahkan sepenuhnya untuk imperialis. Kerjasama komprehensif tersebut digunakan untuk meningkatkan penjualan berbagai komoditas pertanian yang melambung di pasar dunia, pemerintahan SBY berdalih bahwa peningkatan ekport akan meningkatkan devisa, tapi SBY tidak pernah berfikir bahwa kebutuhan pangan dalam negeri di penuhi. Politik pangan SBY yang memilih eksport komoditi daripada pertanian yang kebutuhan dalam negeri telah membawa negeri ini pada kekurangan pangan dan naikkan barang-barang kebutuhan pokok.

Lahan-lahan rakyat di paksa dikonversi menjadi perkebunan perkebunan besar, perampasan tanah mengalami peningkatan pesat yang di monopoli oleh tuan-tuan tanah besar yang berhubungan langsung dengan imperialis. Sehingga tidak heran jika beberapa perusahaan besar seperti PT. Sinar Mas Group, PT. Wilmar Group, PT. Bakrie Group, PT. Smart Group dan perusahaan besar lainnya bisa terus eksis dan terus membesar sebagai agen resmi dari Imperialis.

KERJASAMA ENERGI
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), nilai investasi langsung perusahaan AS di Indonesia pada kuartal I/2010 mencapai US$436,9 juta. Nilai tersebut, tuturnya, merupakan 11,6% dari total keseluruhan penanaman modal asing pada rentang waktu tersebut. Jumlah itu menunjukkan peningkatan signifikan. Pada 2009 nilai investasi penanaman modal langsung AS sebesar US$171,5 juta dan 2008 sebesar US$151,3 juta. Di sektor energi, pemerintah memasang target kenaikan produksi energi terbarukan pada 2025 sebesar 17%. Untuk itu Indonesia investasi mengundang investasi sebesar US$13,2 miliar.

Sebelum pemerintahan obama, selama 30 tahun investasi amerika mencapai U$D 6,4 trilyun, yang berasal perusahaan besar seperti PT. Freeport McMoran Co dan Newmon Mining Co. sementara perusahaan AS menguasai 85 % atas energy Indonesia di 160 area Ekploitasi. Sampai tahun depan pemerintah menargetkan peningkatan kerjasama energy dengan Amerika sebesar 15%, dengan mengundang 40 pengusaha tambang AS pad bulan mei lalu, pada bulan September 4 perusahaan Amerika menjajaki kerjasama saat agenda Indonesia-USA (Midwest) Bussines Forum on Construction and Energy.

Kepentingan AS atas sumber energy Indonesia sangat besar, kedatangan obama di Indonesia adalah bagian dari usaha untuk menjaga dan meningkatkan supley energy ke Amerika. Limpahan sumber energy ke negeri-negeri imperialis terutama AS nyatanya sama sekali tidak memberi keutungan bagi rakyat, berbagai konsesi pertambangan yang telah terjalin, sama sekali tak memberi arti bagi kemajuan kesejahteraan rakyat.

KERJA SAMA KEAMANAN
Masalah keamanan dan militer adalah isu paling vital dalam kerja sama kemitraan komprehensif. Tujuan dari kerja sama ini adalah membangun skema politik-militer untuk mempertahankan kedudukan negeri-negeri jajahan/setengah jajahan dan menghancurkan seluruh usaha rakyat yang menganggu dan menghancurkan sistem busuk di bawah dominasi imperialisme AS ini. Selama ini pemerintah AS berusaha terus menerus meningkatkan kerja sama militer untuk menopang kedudukan pemerintah Boneka SBY agar semakin efektif dalam menjalankan kepentingan Imperialis AS di Indonesia. Peningkatan kerja sama keamanan dan militer ini menyangkut pendidikan militer bagi perwira dan sipil, meningkatkan penjualan peralatan perang modern, dan berbagai kerjasama lainnya menyangkut peningkatan kapasitas militer dan peralatannya.  Kerjasama ini adalah bagian dari usaha AS untuk meningkatkan penjualan senjata sebagai jawaban atas overproduksi industry persenjataanya.

SIKAP FPR ATAS KEDATANGAN OBAMA DI INDONESIA 9 – 10 NOVEMBER 2010.
Indonesia adalah negara yang menguntungkan bagi kepentingan imperialisme dalam usahanya memperbaiki krisis. Kekayaan sumber daya alam, kepadatan penduduk dan pasar strategis yang dimiliki Indonesia mendorong imperialis AS untuk tetap berdominasi secara ekonomi dan politik. Beberapa perusahaan AS sudah beroperasi melakukan eksplorasi kandungan mineral dari puluhan tahun yang lalu dan belum menunjukkan akan hengkang dari Indonesia. Bahkan beberapa kontrak tambang dibuat kembali untuk memperluas usaha eksplorasi perusahaan AS, seperti Exxon Mobil Oil, dan Freeport. Namun dengan tingkat persaingan antar negara imperialis yang sedang berusaha memperbaiki krisis di negerinya upaya pelipatgandaan pengusaan sumber bahan mentah terus meningkat. Dibawah kepemimpinan rezim boneka imperialis AS, pemerintah Indonesia membuka seluas-luasnya kepentingan imperialisme atas sumber daya alam di Indonesia.

Keberlangsungan kepentingan imperialisme AS di Indonesia mengancam kehidupan klas buruh dan kaum tani. Ancaman bagi terjadinya monopoli tanah dan perampasan terhadap upah. Ancaman terjadi seiring dengan peningkatan perluasan tanah untuk tanaman-tanaman kebutuhan eksport. Akibatnya kaum tani harus tergusur dari lahan produksinya. Selain itu di industri-industri buruh dipaksa mengikuti kebijakan efisiensi produksi yang dijalankan perusahaan. Kebijakan efisiensi dilakukan sebagai usaha untuk mengurangi pengeluaran dan meningkatkan nilai keuntungan.
Rencana kedatangan Barrack Obama, telah memunculkan euphoria yang berlebihan. Banyak kalangan dan terutama pemerintah cenderung melihat kehadiran Obama sebagai bukti adanya sikap baik pemerintah AS terhadap Indonesia . Bahkan ada sebagian kalangan yang mencoba menggunakan garis sejarah masa kecil Obama di Jakarta sebagai pembenaran adanya benang merah hubungan politik ekonomi yang akan berjalan ke arah yang lebih adil. Pemerintah pun dengan sangat bangga dan sigap menyambut Obama dan menyokong kebijakan pemerintah AS dalam melawan terorisme.

Untuk itu dalam pandangan Front Perjuangan Rakyat (FPR) Rencana kedatangan Obama di Indonesia hanya untuk menindaklanjuti beberapa kesepakatan yang telah ditandatangani sebelumnya dalam pertemuan APEC pada bulan November 2009 lalu, dimana pemerintah Amerika Serikat dan pemerintah Indonesia telah menyepakati beberapa program kerjasama terutama di bidang Energi, dari pertemuan APEC tersebut talah di sepakati 8 poin program kerja sama antara AS-Indonesia di antaranya adalah a). Peningkatan Kerjasama Perdagangan dan Investasi, b). Peningkatan Teknology dan Sains, c). Kerjasama bidang Ketahanan Pangan, d). Peningkatan Kerjasama Bidang Energy, e). Kerjasama Penanganan Penyaki Menular, f). Kerjasama Anti-Terorisme di Indonesia, g). Peningkatan Kerjasama Bidang Pertahanan, h). Peningkatan Kerjasama Bidang Pendidikan, lahirnya hubungan kerja sama ini ketika SBY datang berkunjung ke Washington pada tahun 2008 kemarin. Jadi jelas kedatangan Obama adalah semata-mata untuk mengkongkritkan kembali kemitraan bersama yang telah di sepakati, kemudian akan di tindaklanjuti melalui beberapa perjanjian Overseas Privat Investment Cooperation (OPIC). Dalam pertemuan ini hanyalah upaya Imperialisme untuk terus mendominasi Indonesia, lewat Tanah, sumber daya alam dan politik upah murah.

Yang lainnya bahwa Kedatangan Obama ke Indonesia tangal 9-10 November nanti tidak terlepas dari kepentingan Imperialis AS untuk bertemu Komprador dan rejim bonekanya untuk mendiskusikan skema penindasan dan penghisapan atas rakyat Indonesia dan untuk memastikan bahwa segala kepentingan AS di Indonesia dapat terjamin dan terlaksana, sekaligus memaksa Indonesia untuk membuka ruang Investasi seluas-luasnya bagi masuknya Investasi lansung (direct investment) ke Indonesia yang merupakan kesepakatan dalam OPIC, sementara rejim boneka (SBY) dan komprador lainnya menikmati keuntungan atas kerjasama yang dihasilkan dengan menjual kekayaan alam dan keringat rakyat Indonesia.

Bagi kami Front Perjuangan Rakyat, bahwa pemerintah AS di bawah Barack Obama adalah rejim pelaku kejahatan HAM dan rezim pencipta bencana di belahan dunia yang telah menghadirkan beberapa masalah sebagai berikut:
1.    Setelah memporak-porandakan Irak, Afganistan dan juga Pakistan, kini AS telah memperkuat basis militernya di Amerika Latin maupun di Guam atau kawasan Pacifik dan telah meningkatkan provokasi militernya melawan pemerintah dan gerakan progresif  di kawasan ini. Bahkan secara sistematis berusaha memprovokasi Iran dan Korea Utara kearah kancah kekerasan baru dengan dalih menghentikan upaya pengembangan senjata nuklir.
2.    Pemerintah AS secara tidak langsung telah mendukung serangan militer Israel terhadap rakyat palestina pada akhir Desember 2008 hingga Januari 2009 yang mengakibatkan ribuan warga sipil tewas mengenaskan dan terusir dari pemukimannya. AS selaku anggota Dewan Keamanan PBB tidak melakukan apapun atas serangan tersebut.
3.    Melalui Naval Medical Research Unit 2 (NAMRU 2), yang telah berubah menjadi Indonesia-United Centre for Medical Research (UIS), pemerintah AS telah mengumpulkan data intelijen dan mengembangkan industry antivirus di Indonesia.
4.    Perusahaan-perusahaan tambang AS di Indonesia beroperasi dengan cara-cara yang merusak lingkungan dan dibawah tekanan lobi pemerintah AS untuk memaksakan pelanggaran penerapan standar pengelolaan lingkungan yang aman bagi kehidupan. Ini bisa dilihat dari kegiatan PT Freeport Indonesia, Mobile Oil, Exxon dan PT Newmont Indonesia.
5.    Para buruh di Indonesia yang bekerja di berbagai perusahaan yang memproduksi produk yang diekspor ke AS (Nike, GAP, Talbots, S.Oliver, dll)  pada umumnya bekerja dengan upah murah dan dengan kondisi kesejahteraan yang rendah serta kondisi dan syarat-syarat kerja yang sangat buruk.
6.    Kunjungan Obama ke Indonesia adalah kunjungan yang tujuannya tidak lebih dari upaya memperkuat aliansi global untuk mempertahankan dominasi militer dan ekonomi AS di kawasan ini. Tidak ada keuntungan apapun yang bisa diperoleh rakyat maupun gerakan progresif di kawasan ini dengan kunjungan tersebut.

Maka atas paparan di atas, tidaklah salah jika Front Perjuangan Rakyat (FPR) menyimpulkan dan bersikap bahwa KERJASAMA KOMPREHENSIF INDONESIA-AS ADALAH SKEMA IMPERIALISME AS UNTUK MENJAJAH RAKYAT INDONESIA!! Dan dengan ini kami Front Perjuangan Rakyat (FPR) menyatakan sikap atas kedatangan Obama di Indonesia, adapun sikap kami adalah Sebagai berikut :
1.      Menolak kedatangan Obama di Indonesia!
2.     Mendesak pemerintah untuk menghentikan berbagai bentuk kerjasama bilateral maupun multilateral yang melibatkan AS!
3.     Hentikan perampasan upah, tanah dan kerja!

Demikian sikap dan pandangan politik FPR ini kami sampaikan.

Jakarta, 07 November 2010
Front Perjuangan Rakyat (FPR)
https://fprsatumei.wordpress.com/

About fprindonesia

Front Perjuangan Rakyat (FPR) adalah aliansi organisasi-organisasi masyarakat sipil Indonesia yang pada awalnya dibentuk untuk merespon perayaan Hari Buruh se-Dunia 2008. FPR menyandarkan diri pada prinsip aliansi dasar klas buruh dan kaum tani sebagai komponen pokok perubahan sosial.
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

1 Response to SIKAP DAN PANDANGAN FPR MENYAMBUT KEDATANGAN BARACK OBAMA DI INDONESIA, 9-10 NOVEMBER 2010.

  1. Oktavianus Tatogo says:

    Kapan Barak Obama datang ke Papua Untuk Membebaskan bangsa Papua yg di tindas, diperbudak, disiksa, dihina oleh org Indonesia.

Leave a comment